Radarjambi.co.id-Sejak 2023, Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Kemdiktiristek; kini Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah/Kemendikdasmen) menggulirkan program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan (kini PPG Calon Guru).
Terkait itu, sejumlah kampus Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK), baik PTN maupun PTS, telah/sedang melaksanakan PPG Prajabatan/Calon Guru. Apa harapan terkait program tersebut?
Terhadap pertanyaan di atas, penulis menjawab singkat: lulusan PPG Calon Guru menjadi generasi baru guru Indonesia. Mengapa disebut generasi baru guru Indonesia? Sebab, lulusan PPG Calon Guru umumnya generasi Z/gen Z yang lahir rentang 1995-2010.
Untuk itu, lulusan PPG Calon Guru berbeda dengan generasi guru sebelumnya. Sebagai contoh, lulusan PPG Calon Guru gen Z sangat piawai mengakses digital dan menggunakannya dalam pembelajaran di kelas.
Generasi Baru Guru Indonesia
Penulis mencatat, ada tiga hal yang membuat lulusan PPG Calon Guru menjadi generasi baru guru Indonesia. Pertama, mahasiswa PPG Calon Guru mendapatkan ilmu-ilmu pendidikan yang termutakhir.
Misalnya, dalam kuliah Pengajaran dan Asesmen yang Efektif, mahasiswa mendapatkan ilmu asesmen meliputi asesmen diagnostik, asesmen formatif, dan asesmen sumatif. Ketiga asesmen itu membantu guru saat melakukan asesmen terhadap siswanya.
Berikutnya, mahasiswa PPG Calon Guru mendapatkan ilmu pendekatan pembelajaran termutakhir, yaitu Teaching at Right Level (TaRL) dan Culturally Responsive Teaching (CRT).
Pendekatan TaRL berfokus pada kemampuan individu siswa, bukan pada tingkatan kelas atau usia mereka. Pendekatan ini melibatkan asesmen awal, pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan, dan pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan tiap-tiap kelompok.
Sementara itu, pendekatan CRT berfokus pada integrasi budaya siswa ke dalam materi dan metode pembelajaran untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan bermakna.
Dengan demikian, siswa merasa lebih terhubung dengan materi pelajaran dan dapat meningkatkan pemahaman serta prestasi belajarnya. Sekadar contoh, pendekatan CRT dalam Bahasa Indonesia dengan menggunakan karya sastra dan cerita rakyat daerah untuk berliterasi.
Kedua, mahasiswa PPG Calon Guru memiliki kesempatan dalam praktik mengajar di sekolah. Dalam menjalani PPG, mahasiswa melaksanakan praktik pengajaran lapangan (PPL) di sekolah sebanyak dua kali.
Ada PPL 1 dan PPL 2. Pelaksanaan PPL selama PPG memberikan kesempatan mahasiswa praktik mengajar di sekolah sekaligus menerapkan ilmu-ilmu pendidikan mutakhir. Misalnya, penerapan pendekatan CRT dalam pembelajaran di kelas.
Bagi mahasiswa PPG Calon Guru lulusan kependidikan, PPL 1 dan PPL 2 dapat melengkapi pengalaman mengajar di sekolah pada saat kuliah S-1 dulu.
Mahasiswa S-1 kependidikan melaksanakan Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) 1 pada semester 4 dan PLP 2 pada semester 6. Singkat kata, pengalaman PLP dan PPL memberikan pengalaman mengajar yang lebih kompleks, kreatif, inovatif, dan adaptif di kelas.
Sebaliknya, bagi mahasiswa PPG Calon Guru lulusan nonkependidikan, PPL 1 dan PPL 2 dapat memberikan pengalaman baru praktik mengajar di kelas. Pengalaman baru praktik mengajar bagi lulusan nonkependidikan, kelak bermanfaat saat mereka menjadi guru.
Dengan begitu, guru lulusan PPG Calon Guru diharapkan lebih siap, terampil, dan adaptif dalam mengajar. Kesiapan, keterampilan, dan keadaptifan mengajar amat diperlukan saat ini.
Ketiga, mahasiswa PPG Calon Guru memiliki pengalaman riset di kelas melalui penelitian tindakan kelas (PTK) dan/atau lesson study (LS). Sebagai dosen pengampu di PPG Calon Guru, penulis mendampingi mahasiswa PPG Calon Guru pada 2023 dan 2024 melaksanakan PTK.
Sementara itu, mahasiswa PPG Calon Guru pada 2025 melaksanakan LS. Baik PTK maupun LS, sama-sama menuntut mahasiswa PPG Calon Guru berpikir kreatif dan inovatif.
Pengalaman Riset
Pengalaman riset PTK bagi guru sangat penting. Lewat PTK, guru dapat berkreasi dan berinovasi dalam pembelajaran yang diampunya di kelas. Sebagai contoh, mahasiswa PPG Prajabatan UAD, Opi Hanidian, melaksanakan PTK topik menulis karya ilmiah dengan aplikasi Padlet.com.
Berdasarkan risetnya, Opi menjelaskan bahwa para siswa SMKN 3 Yogyakarta antusias belajar menulis karya ilmiah dengan aplikasi Padlet.com.
Contoh lainnya, mahasiswa PPG Prajabatan UAD, Idha Nur Utami, dkk., melaksanakan PTK topik membaca teks ekposisi dengan sejumlah aplikasi, seperti Wordwall dan Quizizz.
Berdasarkan risetnya juga, Idha, dkk. menemukan fakta bahwa para siswa SMAN 1 Pleret, Bantul, lebih antusias belajar membaca teks eksposisi berbasis aplikasi digital. Dengan begitu, PTK yang dilakukan oleh mahasiswa PPG Prajabatan/Calon Guru bersifat kreatif dan adaptif.
Akhirnya, tiga hal yang membuat lulusan PPG Calon Guru menjadi generasi baru guru Indonesia di atas, telah memantapkan penulis mengapresiasi program PPG Calon Guru.
Kini, tantangan berikutnya: bagaimana pemerintah, cq. Kemendikdasmen, memanfaatkan tenaga lulusan PPG Calon Guru sebagai guru di sekolah? Terutama di daerah yang masih memiliki problem kekurangan guru. Hal ini menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi Kemendikdasmen ke depan.(*)
Penulis : Sudaryanto, M.Pd., Dosen PBSI dan PPG Calon Guru FKIP UAD; Mahasiswa S-3 UNY; Anggota PRM Nogotirto