Sudaryanto
Radarjambi.co.id-Artikel ini berfokus pada tren mutakhir kuliah program pascasarjana di Tanah Air, terutama Yogyakarta.
Penulis menempuh kuliah magister/S-2 pada tahun 2009-2012 dan kuliah doktoral/S-3 pada 2020 hingga sekarang. Ternyata pada dua kuliah tadi ada pergeseran tren kuliah.
Pergeseran tren kuliah yang dimaksud ialah ada-tidaknya tuntutan publikasi ilmiah. Apa dan bagaimana cara kita menyikapi pergeseran tren kuliah program pascasarjana itu?
Saat menempuh kuliah S-2, penulis tidak memiliki tuntutan publikasi ilmiah pada setiap mata kuliah.
Misalnya, dalam kuliah Sosiolinguistik, dosen pengampu cukup memberikan fotokopi teks kolom di surat kabar lokal kepada mahasiswa.
Mahasiswa diminta menganalisis teks kolom tadi dari perspektif sosiolinguistik. Hasil analisis ditik dengan komputer dan dikumpulkan pada waktu yang ditentukan oleh dosen pengampu. Itu saja.
Lain kuliah S-2, lain pula kuliah S-3. Saat menempuh kuliah S-3, penulis memiliki tuntutan publikasi ilmiah pada setiap mata kuliah.
Misalnya, dalam kuliah Studi Bahasa, dosen pengampu meminta mahasiswa mengirimkan (submitted) artikel bidang bahasa/linguistik ke jurnal ilmiah sampai terbit (published).
Saat itu, dosen pengampu bilang, pengiriman dan penerbitan artikel sebagai pengganti ujian akhir semester (UAS) mata kuliah terkait.
Motivasi
Fakta-fakta empiris di atas, dapat dijadikan sebagai motivasi bagi calon mahasiswa S-2/S-3. Setidaknya ada tiga motivasi. Pertama, motivasi kognisi.
Motivasi kognisi diperoleh melalui kegiatan membaca, menulis, dan berdiskusi. Tiga kegiatan itu akan membuat mahasiswa S-2/S-3 untuk memiliki ide publikasi ilmiah.
Kelak, ide publikasi ilmiah itu dikembangkan menjadi artikel publikasi ilmiah sesuai dengan mata kuliah dan/atau bidang keilmuannya.
Motivasi kognisi akan berbuah manis tatkala artikel publikasi ilmiahnya disitasi oleh penulis/akademisi lain. Dengan begitu, pelan tapi pasti, sitasi artikel terkait terus bertambah pada akun SINTA atau Google Scholar-nya.
Idealnya, motivasi kognisi terus ditumbuhkan pada diri mahasiswa S-2/S-3. Kelak juga setelah lulus, ia akan menjadi dosen/akademisi yang tetap menumbuhkan motivasi kognisi melalui kegiatan membaca, menulis, dan berdiskusi.
Kedua, motivasi publikasi. Motivasi publikasi diperoleh atas kebijakan kampus penyelenggara S-2/S-3 masing-masing.
Di Universitas Sebelas Maret (UNS), misalnya, apabila mahasiswa S-3 berhasil memublikasikan satu artikel hasil penelitian/disertasinya ke jurnal internasional bereputasi terindeks Scopus Q1/Q2, yang bersangkutan tidak perlu menempuh ujian terbuka promosi doktor. Beda kampus tentu beda kebijakan publikasi yang ditempuh.
Produktif Menulis
Sementara itu, di Universitas Gadjah Mada (UGM), misalnya, mahasiswa S-3 cukup memublikasikan satu artikel hasil penelitian/disertasinya ke jurnal nasional terakreditasi SINTA 2 sebagai syarat ujian terbuka promosi doktor.
Dengan begitu, pihak kampus penyelenggara S-2/S-3 memiliki kebijakan publikasi yang berbeda. Tentu, di balik kebijakan itu tersimpan asa agar lulusan S-2/S-3 produktif dalam menulis publikasi ilmiah di jurnal.
Ketiga, motivasi interelasi. Motivasi interelasi diperoleh melalui pengalaman menjadi penulis, mitra bestari/reviewer, dan pengelola jurnal.
Saat menempuh kuliah S-2/S-3, mahasiswa dapat produktif menulis artikel ke jurnal sesuai dengan target.
Setelah lulus kuliah S-2/S-3, mahasiswa dapat menjadi seorang mitra bestari/reviewer pada jurnal nasional terakreditasi atau nonterakreditasi. Bahkan, bisa saja menjadi reviewer sekaligus pengelola jurnal.
Motivasi interelasi dapat dioptimalkan bersama dengan dua motivasi di atas. Motivasi kognisi diperoleh melalui kegiatan membaca, menulis, dan berdiskusi.
Motivasi publikasi diperoleh atas kebijakan kampus penyelenggara kuliah S-2/S-3. Idealnya, ketiga motivasi itu dapat saling melengkapi/mendukung sehingga para lulusan S-2/S-3 kita memiliki pengalaman publikasi secara komprehensif, baik sebagai penulis, mitra bestari, maupun pengelola jurnal.
Saran
Kembali ke tren kuliah program pascasarjana kita yang didominasi tuntutan publikasi ilmiah. Penulis menyampaikan dua saran. Pertama, tuntutan publikasi ilmiah tidak melulu pada semua mata kuliah.
Sebagai contoh, mahasiswa S-2 mengikuti lima mata kuliah pada semester satu. Ada dua mata kuliah memiliki luaran publikasi ilmiah.
Ada satu mata kuliah memiliki luaran publikasi populer di media massa. Dan ada dua mata kuliah memiliki luaran artikel bunga rampai.
Kedua, pemberian penghargaan atas keberhasilan mahasiswa S-2/S-3 melakukan publikasi ilmiah, baik di jurnal nasional terakreditasi maupun di jurnal internasional bereputasi/terindeks Scopus.
Penghargaan dapat berupa uang pembinaan, sertifikat, infografik ucapan selamat dan sukses, dsb. Apresiasi terhadap kerja keras mahasiswa S-2/S-3 perlu ditumbuhkan di kampus penyelenggara kuliah S-2/S-3. Semoga berhasil.(*)
Penulis ; Sudaryanto, M.Pd. Dosen PBSI FKIP UAD; Mahasiswa S-3 Ilmu Pendidikan Bahasa UNY; Anggota PRM Nogotirto