Radarjambi.co.id-Candi Borobudur merupakan salah satu destinasi wisata warisan dunia yang memiliki nilai sejarah, budaya, dan spiritual tinggi. Dalam beberapa tahun terakhir, penerapan konsep ekowisata menjadi penting untuk menjaga keberlanjutan lingkungan di kawasan tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi prinsip-prinsip ekowisata dalam pengelolaan kawasan Candi Borobudur serta menilai sejauh mana aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi diterapkan secara berimbang.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik survei terhadap 120 wisatawan dan pengelola kawasan. Data dianalisis menggunakan teknik deskriptif dan analisis regresi sederhana untuk melihat hubungan antara penerapan prinsip ekowisata dengan persepsi wisatawan terhadap keberlanjutan destinasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan prinsip konservasi lingkungan memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat kepuasan wisatawan (R² = 0,64), sedangkan aspek pemberdayaan masyarakat lokal berkontribusi terhadap peningkatan citra positif kawasan.
Penelitian ini menegaskan bahwa penerapan ekowisata di Candi Borobudur tidak hanya berfokus pada pelestarian lingkungan, tetapi juga pada keseimbangan antara konservasi, partisipasi masyarakat, dan pengalaman wisatawan.
Pariwisata telah menjadi sektor strategis dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Namun, pertumbuhan pariwisata yang pesat sering kali menimbulkan tekanan terhadap lingkungan, terutama di kawasan destinasi warisan budaya seperti Candi Borobudur.
Sebagai situs yang diakui UNESCO, Borobudur menghadapi tantangan dalam menjaga keseimbangan antara pelestarian warisan budaya dan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan.
Konsep ekowisata muncul sebagai solusi untuk mengintegrasikan kegiatan wisata dengan prinsip keberlanjutan. Menurut The International Ecotourism Society (TIES, 2015), ekowisata adalah bentuk perjalanan bertanggung jawab ke daerah alami yang melestarikan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.
Dalam konteks Borobudur, penerapan prinsip ekowisata mencakup pengelolaan sampah, konservasi situs, edukasi wisatawan, dan keterlibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan destinasi.
Penelitian ini penting karena hingga kini masih terdapat kesenjangan antara konsep ekowisata yang ideal dan implementasinya di lapangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sejauh mana prinsip-prinsip ekowisata diterapkan dalam pengelolaan kawasan Candi Borobudur dan bagaimana dampaknya terhadap keberlanjutan destinasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain deskriptif analitik. Lokasi penelitian berada di kawasan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Populasi penelitian mencakup wisatawan yang berkunjung dan pengelola kawasan, dengan jumlah sampel sebanyak 120 responden yang diambil menggunakan teknik accidental sampling.
Instrumen penelitian berupa kuesioner tertutup dengan skala Likert 1–5 yang mengukur persepsi terhadap lima prinsip ekowisata: (1) konservasi lingkungan, (2) pemberdayaan masyarakat, (3) partisipasi wisatawan, (4) edukasi lingkungan, dan (5) keberlanjutan ekonomi.
Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif untuk menggambarkan tingkat penerapan prinsip ekowisata, serta analisis regresi sederhana untuk melihat pengaruh variabel konservasi terhadap kepuasan wisatawan.
Tingkat Penerapan Prinsip Ekowisata
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa tingkat penerapan prinsip ekowisata di Candi Borobudur tergolong tinggi, dengan nilai rata-rata persepsi responden sebesar 4,12 dari skala 5. Aspek yang paling dominan adalah konservasi lingkungan (4,35), diikuti oleh edukasi wisatawan (4,20), dan pemberdayaan masyarakat lokal (4,05). Hal ini menunjukkan adanya kesadaran tinggi dari pengelola dan pengunjung terhadap pelestarian kawasan.
Pengaruh Konservasi terhadap Kepuasan Wisatawan
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel konservasi lingkungan memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan wisatawan dengan nilai R² = 0,64 (p < 0.05). Artinya, sekitar 64% variasi kepuasan wisatawan dapat dijelaskan oleh efektivitas penerapan konservasi di kawasan Borobudur. Wisatawan merasa pengalaman mereka lebih bermakna ketika dapat menikmati situs budaya tanpa kerusakan lingkungan.
Partisipasi Masyarakat dan Edukasi Wisatawan
Program pelatihan bagi masyarakat lokal dalam pengelolaan homestay dan pemandu wisata berbasis budaya terbukti meningkatkan partisipasi aktif warga sekitar. Selain itu, adanya pusat edukasi lingkungan yang memperkenalkan konsep “Wisata Bersih Borobudur” membantu wisatawan memahami pentingnya perilaku ramah lingkungan.
Implikasi terhadap Keberlanjutan Destinasi
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa keberhasilan implementasi ekowisata tidak hanya diukur dari aspek lingkungan, tetapi juga dari integrasi sosial dan ekonomi lokal. Pengelolaan berkelanjutan memerlukan sinergi antara pemerintah, pengelola kawasan, masyarakat, dan wisatawan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi prinsip ekowisata di kawasan Candi Borobudur sudah berjalan dengan baik, terutama dalam aspek konservasi lingkungan dan edukasi wisatawan. Faktor-faktor tersebut terbukti berpengaruh positif terhadap kepuasan wisatawan dan citra destinasi.
Untuk menjaga keberlanjutan jangka panjang, disarankan agar pengelola memperkuat aspek pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal, meningkatkan pengawasan terhadap aktivitas wisata massal, serta mengembangkan program edukasi lingkungan yang interaktif.
Dengan demikian, Candi Borobudur dapat menjadi contoh destinasi warisan budaya yang menerapkan prinsip ekowisata secara holistik.(*)
Penulis : Keysha Az-zahra rizal Mahasiswi universitas andalas
Ketidaksiapan Guru dan Sekolah Dalam Penerapan Kurikulum Merdeka
Rendahnya Literasi Siswa dalam Proses Pembelajaran di Sekolah
MBG: Solusi Menuju Indonesia Sehat atau Sekadar Permainan Politik?
Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Kawasan Lembah Colol Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur
Minat Wisatawan Berkunjung ke Wisata Gunung Padang Sumatra Barat
Pentingnya Perencanaan Kurikulum yang Sitematis Dalam Dunia Pendidikan