Ketidaksiapan Guru dan Sekolah Dalam Penerapan Kurikulum Merdeka

Kamis, 18 Desember 2025 - 21:53:17


Hanif Fajri
Hanif Fajri /

Radarjambi.co.id-Penerapan Kurikulum Merdeka di sekolah masih menghadapi banyak kendala, terutama dari sisi kesiapan guru dan sekolah. Secara konsep, kurikulum ini sebenarnya bagus karena memberi kebebasan kepada guru untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan siswa. Namun, di lapangan tidak semua guru benar-benar siap menjalankannya.

Masih banyak guru yang merasa bingung dengan perubahan sistem pembelajaran, mulai dari penyusunan modul ajar, pembelajaran berdiferensiasi, sampai pelaksanaan proyek P5.

Selain itu, pelatihan yang diterima guru sering kali belum cukup mendalam. Ada guru yang hanya memahami Kurikulum Merdeka secara garis besar, tetapi ketika harus diterapkan di kelas justru mengalami kesulitan.

Hal ini membuat sebagian guru akhirnya menjalankan pembelajaran sekadarnya saja agar tetap sesuai tuntutan kurikulum, tanpa benar-benar memahami esensi dari Kurikulum Merdeka itu sendiri.

Di sisi lain, perubahan kurikulum ini juga menuntut guru untuk lebih kreatif dan inovatif. Sayangnya, tidak semua guru memiliki kesiapan mental dan waktu untuk beradaptasi dengan cepat. Beban administrasi yang masih cukup banyak membuat guru lebih fokus menyelesaikan laporan dan dokumen dibandingkan merancang pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi siswa.

Dari segi sekolah, kesiapan fasilitas juga menjadi persoalan yang tidak bisa diabaikan. Kurikulum Merdeka menekankan pembelajaran berbasis proyek yang idealnya didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.

Namun, kenyataannya tidak semua sekolah memiliki akses teknologi, ruang belajar yang fleksibel, atau anggaran yang cukup untuk menunjang kegiatan tersebut. Kondisi ini membuat penerapan Kurikulum Merdeka berjalan tidak maksimal, terutama di sekolah-sekolah dengan keterbatasan sumber daya.

Selain fasilitas, manajemen sekolah juga sangat berpengaruh. Sekolah yang belum memiliki perencanaan dan pendampingan yang jelas cenderung membuat guru bekerja sendiri tanpa arahan yang kuat. Akibatnya, muncul kebingungan dalam menentukan arah pembelajaran dan penilaian, sehingga tujuan Kurikulum Merdeka sulit untuk dicapai secara optimal.

Agar Kurikulum Merdeka dapat berjalan sesuai harapan, perlu adanya persiapan yang lebih matang dari semua pihak. Guru tidak hanya membutuhkan pelatihan di awal, tetapi juga pendampingan yang berkelanjutan.

Sekolah pun perlu didukung dari segi fasilitas dan manajemen. Jika hal-hal tersebut tidak diperhatikan, Kurikulum Merdeka justru berpotensi menjadi beban baru bagi guru dan sekolah, bukan sebagai solusi untuk meningkatkan kualitas pendidikan.(*)

 

 

 

 Penulis: Hanif Fajri