Rona Maery Dithan
Mahasiswi Fakultas Ilmu Hukum
RADARJAMBI.CO.ID - Setiap musim hujan, Kota Jambi selalu kembali dilanda banjir. Namun, apakah kita akan terus menyalahkan alam tanpa introspeksi? Banjir bukanlah takdir yang tak bisa dihindari, tetapi hasil dari kelalaian manusia yang terus berulang. Warga Kota Jambi kembali dihadapkan pada kenyataan pahit akibat banjir seperti genangan air melumpuhkan jalan jalan, merendam rumah, dan memaksa aktivitas sehari-hari menjadi berhenti.
Seperti salah satu wilayah yang mengalami dampak cukup parah akibat banjir adalah kawasan di sekitar SPBU Simpang Pucuk, yang letaknya tidak jauh dari SMA Negeri 5 Jambi. Menurut warga sekitar genangan air di lokasi tersebut mencapai ketinggian hingga lutut orang dewasa, sehingga menyebabkan kemacetan lalu lintas yang cukup parah. Kondisi ini tidak hanya menghambat mobilitas kendaraan, tetapi juga mengganggu berbagai aktivitas harian masyarakat di sekitar area terdampak. Penyebab: Kombinasi Alam dan Ulah Manusia Banjir bukan lagi sekadar bencana musiman, tetapi menjadi cerminan kegagalan tata kelola lingkungan. Pemerintah daerah bersama pihak terkait perlu segera mengambil langkah konkret, baik dalam bentuk normalisasi sungai, penertiban kerambah yang tidak ramah lingkungan, maupun pengawasan ketat terhadap pembuangan limbah medis. Kalau tanpa penanganan menyeluruh, banjir akan terus menjadi ancaman berulang yang tidak hanya merusak infrastruktur, tetapi juga membahayakan kesehatan dan keselamatan warga.
Banjir di Jambi bukanlah takdir yang harus diterima, melainkan akibat dari kelalaian yang terus diulang. Sudah saatnya pemerintah dan masyarakat bersama-sama mengambil langkah konkret untuk memperbaiki tata kelola lingkungan dan pembangunan. Tanpa perubahan nyata, banjir akan terus menjadi ancaman warisan kelalaian setiap tahunnya. Pada akhirnya, banjir di Kota Jambi bukan sekadar persoalan takdir, tetapi cermin dari kelalaian kolektif kita dalam menjaga lingkungan. Menyalahkan alam tidak akan membawa perubahan apa pun jika kita sendiri enggan berbenah. Kini saatnya berintrospeksi, memperkuat kesadaran lingkungan, dan menumbuhkan tanggung jawab bersama. Kota ini adalah rumah kita, dan masa depannya bergantung pada tindakan kita hari ini. Jangan biarkan banjir menjadi warisan yang terus kita wariskan kepada generasi berikutnya.(*)
Asap Tipis, Dampak Mengiris: Bahaya Rokok yang Mengintai Keluarga Tercinta