Radarjambi.co.id-Kita rayakan Hari Buku Nasional, 17 Mei 2025, dalam suasana berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Betapa tidak, pemerintahan Prabowo-Gibran tengah menerapkan efisiensi anggaran di seluruh kementerian.
Hal itu berdampak terhadap bidang perbukuan di Tanah Air, terutama daya beli buku dan minat baca buku. Kita merasakan, daya beli buku dan minat baca buku masyarakat Indonesia kian menurun.
Apa dan bagaimana refleksi serta solusi yang kita harus ambil?Terhadap pertanyaan di atas, penulis mencatat dua hal sebagai bahan refleksi bersama.
Pertama, bangsa kita mengalami lompatan budaya, dari budaya verbal (lisan) ke budaya visual (menonton). Akibatnya, performa bangsa kita dalam aspek literasi (membaca-menulis) tidak bagus.
Siswa Indonesia, merujuk hasil PISA 2022, ternyata berada di peringkat ke-63. Kita kalah dengan negara jiran, seperti Vietnam (28), Brunei Darussalam (37), dan Malaysia (49).Budaya Baca Tidak Optimal
Dalam hasil PISA 2022 juga, skor membaca siswa Indonesia sejak 2003 hingga 2022 kurang stabil. Pada 2003, skor membaca siswa Indonesia mencapai 382.
Pada 2006, skor membaca siswa Indonesia mencapai 393. Berikutnya pada 2009 (skor 402), 2012 (skor 396), 2015 (skor 397), 2018 (skor 371), dan terakhir, 2022 (skor 359).
Di balik angka-angka itu, tersimpan pesan: betapa budaya baca siswa Indonesia tidak bertumbuh dengan optimal.
Tak hanya siswa, masyarakat Indonesia juga demikian. Dalam keseharian, terutama di grup WhatsApp, ada oknum yang mengirimkan berita bohong (hoax) dan memuat ujaran kebencian (hate specch).
Oknum tersebut tentu tidak memiliki minat baca yang tinggi. Jika oknum itu memiliki minat baca yang tinggi, dia akan melakukan kroscek benar-tidaknya berita terkait.
Inilah yang masih menjadi pekerjaan rumah (PR) kita dalam mengatasi rendahnya minat baca.Kedua, terkait butir pertama, budaya literasi belum bertumbuh merata di kalangan masyarakat Indonesia.
Memang diakui, di setiap kota/kabupaten terdapat Dinas Perpustakaan dan Arsip. Di setiap provinsi terdapat kampus negeri dan swasta yang memiliki gedung perpustakaan.
Pun, di sejumlah kota/daerah terdapat taman bacaan masyarakat (TBM). Singkat kata, fasilitas pendukung budaya literasi telah banyak namun kurang optimal.
Di sekolah, para siswa kurang antusias tatkala guru memberikan tugas membaca buku dan meresumenya. Di kampus, situasi serupa terjadi.
Para mahasiswa seringkali mengeluh saat dosen memberikan tugas membaca literatur dan meresumenya. Sekolah dan kampus—sebagai sumber ilmu pengetahuan—mestinya menjadi mercusuar penumbuhan literasi bangsa.
Untuk itu, guru/dosen dapat terus membimbing siswa/mahasiswanya untuk rajin membaca-menulis.
Sekadar contoh, dalam perkuliahan Bahasa Indonesia, penulis membimbing para mahasiswa untuk rajin membaca-menulis.
Pertama-tama mereka melakukan pramenulis, yaitu mengakses Google Scholar untuk mencari artikel-artikel jurnal yang relevan dengan topik esai. Kemudian mereka membaca artikel-artikel tadi dan meresumenya.
Selanjutnya, hasil resume tadi diolah menjadi esai ilmiah. Alhamdulillah dari rangkaian kegiatan itu, terbitlah buku antologi esai ilmiah.Manfaat Buku
Contoh lainnya, dalam pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) 2 PPG Prajabatan (kini PPG Calon Guru). Mahasiswa PPG Prajabatan FKIP UAD berhasil membimbing siswa SMAN 1 Pleret, Bantul, praktik menulis puisi akrostik. Puisi-puisi itu dikumpulkan, disunting, dan diterbitkan menjadi buku antologi puisi.
Alhamdulillah pihak sekolah dan kampus merasakan manfaat dari terbitnya buku antologi puisi terkait.
Dua contoh di atas menjadi inspirasi bagi guru/dosen dalam menumbuhkan budaya literasi di sekolah/kampus. Berikutnya, inspirasi serupa dapat ditumbuhkan di lingkup keluarga dan masyarakat.
Dengan begitu, pelan tapi pasti, masyarakat Indonesia akan menjadi masyarakat literat. Di simpul ini, teringatlah kita pada kata-kata Buya HAMKA:
“Membaca buku-buku yang baik berarti memberi makanan rohani yang baik.” Selamat Hari Buku Nasional!.(*)
Penulis : Sudaryanto, M.Pd.Dosen PBSI dan PPG Calon Guru FKIP UAD; Majelis Tablig, Pustaka, dan Informasi PRM Nogotirto
Asap Tipis, Dampak Mengiris: Bahaya Rokok yang Mengintai Keluarga Tercinta
OJK Dorong Penguatan Pembiayaan dan Ekosistem Industri Tekstil dan Produk Tekstil Nasional