Tim Keluarga Fachrori Bantah Ziarah Ke Makam Dikaitkan Dengan Politik

Minggu, 02 Februari 2020 - 23:31:46


Tim keluarga  Fachrori melaukan ziarah makam tokoh nasional.
Tim keluarga Fachrori melaukan ziarah makam tokoh nasional. /

radarjambi.co.id-JAMBI-Tim keluaga kandidat Bakal Calon Gubernur (Bacalon) Gubernur Jambi, Fachrori Umar, membantah bila berziarah dan napak tilas ke makam para tokoh dikaitkan dengan politik.

Miftahul Ikhlas (Paul) menuturkan bahwa tudingan miring dari warga net tidak benar. Tujuan dari berziarah dan napak tilas adalah untuk mengingat sejarah dan perjuangan para tokoh bangsa.

Menurut Paul, lawatannya ke pusara Sultan Thaha melanjutkan agenda tour ziarah ke pusara tokoh bangsa di tanah jawa yang sudah ia lakukan selama hampir dua pekan itu.

"Biarlah orang bilang apa. Yang penting niat kita baik. Tujuan kita mulia. Biarlah Allah yang menilai," kata Paul.

Seperti yang diketahui, Paul dan tim melakukan perjalanan ke makam sederet tokoh bangsa seperti Bung Karno di Blitar, Gus Dur di Jombang, Soeharto di Astana Giri Bangun dan Bj Habibie di TMP Kalibata

Kumudian Paul dan koleganya melanjutkan ziarah ke pusara Sultan Thaha Syaifuddin, pahlawan nasional asli Jambi, di Muara Tebo, 31 Januari 2020.

Dikelilingi pagar besi setinggi dua meter, makam sang sultan terletak di pusat Kota Tebo persis di sebelah sungai Batanghari. Paul tampak geleng-geleng ketika pandangannya menyapu areal makam seluas sekitar satu hektar itu.

Seperti tak terurus, semak belukar setinggi lutut orang dewasa itu menyergap area makam.

Paul bergegas melipir ke rumah penjaga makam Sultan, Hamdan, yang berada di area itu. Beberapa lembar uang meluncur ke tangan Hamdan dari saku celananya.

"Pak bersihkan area makam ini ya," tutur Paul bernada ramah.
Hamdan secepatnya memanggil anaknya Rinto, untuk segera mengambil mesin pemotong rumput. Sementara Rinto menyiapkan mesin pemotong rumput dan Hamdan membeli minyak.

Paul dan koleganya bergegas menuju pusara sang Sultan yang terletak paling ujung area makam. Pusara Sultan berada di bawah sebuah bangunan tanpa tembok yang hanya dibatasi dengan pagar besi.

Beberapa jenak Paul berdiam diri di samping pusara Sultan. Ia tampak tafakur. Sorot matanya menyapu pusara yang diatasnya terdapat batu kerikil berkelir putih itu, Paul tetiba bermadah.

"Mari kita berdoa. Semoga arwah pahlawan kita mendapat posisi terbaik dari sang maha pencipta. Semoga kita yang ditinggalkan, dapat meneladani perjuangan beliau," ujarnya.

Seusai berdoa, Paul beranjak ke sudut sebelah kiri makam. Ia tampak takzim memandangi prasasti seukuran 2x3 meter itu. Sesekali ia memegang dagu. Sekali lain ia tampak manggut-manggut membaca tulisan di prasati itu.

"Sungguh luar biasa perjuangan beliau (Sultan). Demi tanah air, ia berjuang hingga mengorbankan nyawa," katanya.

Paul lantas beringsut ke sudut kanan makam dan lagi-lagi tampak takjub membaca sajak yang ditulis oleh Mantan Bupati Tebo, Majid Muaz. Baru saja usai membaca sajak ihwal perjuangan Sultan Thaha itu, Rinto tiba-tiba memanggil.

"Maaf pak alat pemotong rumputnya sudah siap. Minyaknya juga sudah diisi," kata Rinto.

Dalam sekejap, Paul bergegas menjangkau mesin pemotong rumput itu. Di bawah terik mentari pagi itu, Paul turun langsung mengenyahkan ilalang yang tumbuh subur di area makam sang Sultan. Keringat deras bercucuran dari sebalik bajunya.

Menggotong mesin pemotong rumput itu, Paul hanya mampu menyelesaikan seperempat area makam.

"Cuma sebatas ini kemampuan tenaga saya," kata Paul sembari menyeka keringat yang menngalir deras dari wajahnya.

Rinto dan Hamdan kemudian secara bergeliran menuntaskan pembersihan rerumputan area makam itu.

Berziarah ke makam Sultan Thaha misalnya, kata Paul, sungguh banyak faedahnya. Dengan berziarah itu, menurut Paul, warga akan tahu sejarah dan napak tilas perjuangan tokoh bangsa. (rvi)

 

Editor  :  Ansory S