Kerusuhan di Jakarta 6 Tewas 200-an Orang Luka-luka

Rabu, 22 Mei 2019 - 17:21:58


Kerusuhan yang terjadi di Jakarta dini hari kemarin
Kerusuhan yang terjadi di Jakarta dini hari kemarin /

Radarjambi.co.id - JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan 200 orang luka-luka buntut kericuhan demo Bawaslu semalam. Sebanyak 6 orang tewas akibat peristiwa tersebut.

"Ini per jam 09.00 WIB. Jadi ada sekitar 200-an orang luka-luka," ujar Anies di RSUD Tarakan, Jakarta Pusat, Rabu (22/5/2019).

Anies mendatangi RSUD Tarakan untuk menjenguk orang-orang yang terluka akibat ricuh demo di sekitar kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, yang terjadi sejak semalam.

Ia memastikan ada korban meninggal akibat peristiwa itu.

"Per jam 09.00 dan ada 6 tercatat meninggal," sebut Anies.

Seperti diketahui, bentrok antara massa demo di Bawaslu dan polisi terjadi semalam. Polisi bertindak lantaran massa bertindak anarkistis dan tidak mau dibubarkan hingga dini hari.

Selain itu, ada massa yang membuat keributan di dekat markas Brimob di Petamburan. Pagi ini, sekelompok massa bertindak anarkistis di sekitar Tanah Abang.

Polisi memastikan pihaknya tak menggunakan peluru tajam dalam menghalau massa.

"Polisi tidak ada yang pakai peluru tajam," tegas Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Argo Yuwono saat dimintai konfirmasi wartawan, Rabu (22/5).

Jokowi Minta Masyarakat Tak Perlu Kuatir

Presiden Jokowi memberi pernyataan politik soal kondisi terkini. Jokowi menegaskan situasi masih terkendali.

"Situasi masih terkendali, masyarakat tak perlu khawatir," kata Jokowi di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (22/5/2019).

Jokowi mengajak masyarakat merajut persatuan dan menjaga persaudaraan. Jokowi juga membuka diri untuk bekerja sama membangun negara ini dengan semua pihak yang memiliki visi memajukan Indonesia.

"Saya mengajak mari kita merajut kembali persatuan kita, merajut kembali persaudaraan kita, merajut kembali kerukunan kita," ujarnya.

Sebelumnya, Jokowi juga menegaskan tak akan memberi toleransi pada siapapun yang mengganggu keamanan dan ketertiban.

"Saya juga tidak akan memberikan toleransi kepada siapapun juga yang akan mengganggu keamanan, yang akan mengganggu proses-proses demokrasi, dan yang mengganggu persatuan negara yang kita cintai ini," ujarnya.

Polisi memaparkan kronologi lengkap terkait kerusuhan yang terjadi di beberapa titik, sejak Selasa larut malam kemarin hingga memuncak di dini hari tadi. Peristiwa ini diwarnai dengan aksi bentrok polisi dengan kelompok massa tak dikenal, hingga penemuan mobil ambulans berlogo partai.

Kadiv Humas Polri Irjen Mohammad Iqbal menerangkan bahwa sekitar aksi massa demo 22 Mei di Gedung Bawaslu mulanya berlangsung kondusif. 

Bahkan, dia mengatakan aparat dan peserta aksi sempat menjalan ibadah shalat Tarawih berjamaah. Lantas, sekitar pukul 21.00 WIB, Kapolres Metro Jakarta Pusat mengimbau massa aksi untuk membubarkan diri. Massa pun patuh dan membubarkan diri secara kondusif.

Kendati demikian, Iqbal menjelaskan, tiba-tiba sekitar pukul 23.00 di depan Bawaslu, muncul kelompok massa yang tak jelas asalnya. Mereka melakukan tindakan provokatif dan anarkis. 

"Sekira 23.00 WIB tiba-tiba ada massa kita tidak tahu massa dari mana, massa yang berulah anarkis dan provokatif berusaha merusak security barrier dan memprovokasi petugas, sesuai dengan SOP bahwa tidak boleh lagi massa aksi setelah larut malam, petugas TNI dan Polri menghalau, namun massa tersebut di beberapa ruas jalan kita dorong jalan Sabang dan Wahid Hasyim bukan malah kooperatif, tapi menyerang petugas, bukan hanya dengan kata-kata tapi lemparan batu, molotov, petasan ukuran besar ke arah petugas," kata M Iqbal di Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Rabu (22/5/2019).

Kemudian sekitar pukul 02.45 WIB, Iqbal menyebut polisi sudah bisa mengurai kelompok massa sebelumnya. Namun, kelompok massa lain muncul lagi. 

"Sekira pukul 02.45 WIB, ada sekelompok massa yang lain dari massa yang tadi, massa yang tadi sudah terurai," tutur Iqbal.

Usai 58 orang terduga provokator berhasil diamankan, sekitar pukul 03.00 WIB muncul lagi massa tak dikenal, di sekitar Jalan KS Tubun, Petamburan, Jakarta Pusat. Polisi menduga kelompok massa ini sudah di-setting. 

"Pada saat bersamaan pada pukul 03.00 WIB ada lebih kurang massa yang berkumpul di KS Tubun, memang kita massa banyak, kalau kita duga massa tersebut sudah dipersiapkan dan di-setting, seperti biasa kami melakukan imbauan pendekatan, Kapolres Metro Jakarta Barat," kata dia.

Dibantu oleh beberapa tokoh masyarakat pemuka Front Pembela Islam (FPI), polisi terus berusaha meredakan aksi massa ini. Namun, kelompok massa justru menyerang asrama Polri dengan batu, bom molotov, petasan dan botol. 

"Dibantu tokoh-tokoh masyarakat pemuka-pemuka FPI, karena di situ markas FPI, Alhamdulillah ada komunikasi. Namun seketika itu juga massa tersebut bergerak ke arah asrama Polri di Petamburan, dan mereka menyerang asrama tersebut dengan batu, molotov petasan botol-botol yang ada, memang ada piket di situ, SOP ada piket, asrama Brimob dan polisi-polisi pada fungsi lain.

Dihalau dengan gas air mata massa bukannya mundur tapi terus masuk ke asrama melakukan pengrusakan asrama, ini yang brutal lagi, membakar beberapa kendaraan yang diparkir di sana, baik itu kendaraan pribadi maupun kendaraan dinas," kata Iqbal. 

Dari aksi massa ini, diketahui orang-orang dari bagian kelompok massa mengalami luka-luka. Di satu sisi, beberapa kendaraan dilaporkan rusak.

"Mobil yang rusak 11 unit, dengan kerusakan bervariasi kaca depan bodi dan lain-lain, dan mobil yang terbakar 14 unit, truk dalmas satu, tiga mobil dinas K-9, dan 11 unit mobil umum," imbuh Iqbal. 

Selain itu, Iqbal memastikan 11 orang terduga provokator sudah diamankan di Polda Metro Jaya untuk diperiksa.

Polisi menduga sejumlah massa yang melakukan kerusuhan berasal dari luar Jakarta. Mayoritas diduga berasal dari Jawa Barat, Banten dan Jawa Tengah. 

Selain itu, Iqbal mengatakan polisi menemukan bukti berupa satu mobil ambulance berlogo partai berisi batu dan alat-alat. Diduga batu dan alat tersebut adalah amunisi massa untuk menyerang polisi.

"Ada bukti-bukti. Ada satu ambulans, saya tidak akan sebutkan partainya, penuh dengan batu dan alat-alat. Ada juga massa tersebut masih menyimpan amplop dan kami sita, Polda Metro Jaya sedang kami dalami," ujarnya. 

Iqbal juga menyebut massa yang melakukan penyerangan pada waktu dinihari itu, bukanlah massa spontan, melainkan massa yang sudah didesain.

"Dari rangkaian tadi massa aksi damai, bahwa peristiswa dini hari tadi adalah bukan massa spontan, bukan massa spontan, bukan peristiwa spontan tapi perisitwa by design, peristiwa settingan," ungkapnya.

 

 

Sumber : Detik.com